
Cadongku Cadong Kalian Juga, Buku Karya Warga Binaan Lapas Kelas IIA Yogyakarta tentang Pengalaman Berbuat Baik
Mergangsan,(jogja.sorot.co)--Kumpulan Tulisan karya warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta resmi diluncurkan dalam sebuah buku dengan judul Cadongku Cadong Kalian Juga. Peluncuran dilaksanakan pada Senin (21/11) siang di Aula Lapas Wirogunan.
Buku karya warga binaan yang diterbitkan oleh Sinergi Jogja Media dengan mengusung topik pengalaman berbuat baik tersebut tidak lain yakni untuk menunjukkan bahwa warga binaan merupakan orang-orang yang memiliki sisi baik, mau memperbaiki dirinya, dan bisa menunjukkan contoh konkret perbuatan-perbuatan baiknya, terutama ketika menjalani proses pemasyarakatan. Sebagian dari para penulis buku sudah banyak yang telah bebas namun sebagian yang lain masih menjalani sisa masa hukuman di lapas setempat.
Acara yang diselenggarakan Lions Club Yogyakarta Tugu Mataram (LCYTM) bekerja sama dengan Lapas Kelas IIA Yogyakarta ini dihadiri oleh Disctrict Governor Lions Club International 307 B2 Indonesia, Toni Suparman؛ Presiden LCYTM, Ema Kartikasari؛ dan Kalapas Kelas IIA Yogyakarta, Soleh Joko Sutopo.
Cadongku Cadong Kalian Juga adalah buku yang menceritakan bagaimana warga binaan Lapas Kelas IIA Yogyakarta menegakkan kembali kemanusiaannya. Buku ini juga berkisah tentang bagaimana perbuatan yang di luar penjara merupakan hal biasa namun menjadi luar biasa di dalam penjara.
Agung Kunto Anggoro, Editor penerbit Sinergi Jogja Media sekaligus anggota Lions Club Yogyakarta Tugu Mataram (LCYTM) menyampaikan penulisan tersebut dimulai pada bulan Mei 2022 lalu. Pihak Lions Club Yogyakarta Tugu Mataram menggelar pelatihan menulis di Lapas Kelas IIA Wirogunan.
Penulisan pertama ditulis tangan oleh para warga binaan lalu dilakukan pengetikan dan baru disunting dan kemudian diterbitkan tanpa banyak membongkar atau mengurangi isi struktur dari tulisan mereka (warga binaan).
Untuk proses editing lebih ke editing ide, kalo soal tulisan tidak membongkar besar hanya seperti tata bahasa saja. Kalau strukturnya mereka dan natural. Ada 12 warga binaan yang menulis dalam buku tersebut, dengan total 108 halaman dan 8 romawi jadi keseluruhan menjadi 116 halaman,” ujar Kunto.
Antusiasme warga binaan dalam menulis cukup tinggi. Nantinya hasil penjualan buku yang diperuntukkan untuk umum akan digunakan untuk kegiatan kegiatan sosial. 
Buku ini sebenarnya menggambarkan bagaimana di tengah keterbatasan warga binaan permasyarakatan, mereka masih ada kemauan untuk menulis dan menceritakan terkait kehidupan mereka,” ujar Kalapas Kelas IIA Yogyakarta, Soleh Joko Sutopo.
Pihaknya juga menambahkan, dengan ditulisnya buku ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas.
Harapan besarnya dapat menginspirasi bagi masyarakat tentang kehidupan. Ilmu kehidupan itu terlihat jelas di tulisan tulisan mereka dan saya yakin dengan membaca buku ini dapat menginspirasi bagi masyarakat,” imbuh Soleh.
Sementara itu, pemberian materi kepenulisan dan pendampingan serta fasilitasi penerbitan ini merupakan program sosial LCYTM sekaligus untuk memperingati 3 tahun berdirinya organisasi kemanusiaan ini.